Selasa, 11 Oktober 2011

Matinya Kreativitas Rotan Cirebon

Slogan di atas terpampang raksasa di depan gedung kementrian perdagangan RI Jakarta,
saya yakin sekali slogan tersebut bukan tercetus dari ide seorang Marie Elka Pangestu sebagai mentri perdagangan. Sangat ironis memang pemerintah yang “menggembor – gemborkan” kreativitas produk dalam negri, seperti melempar kotoran pada muka sendiri yang ada di tanah negri.

Bagaimana tidak, bahan baku rotan sekarang mengalir deras ke china dijadikan symbol kebangkitan ekonomi icon produk salah satunya. Sedangkan di negri kita sebagai  penghasil rotan yang notabene tumbuh subur dan melimpah, malah kekurangan  mencari bahan baku yang jelas bahan baku tersebut untuk di aplikasikan menjadi sebuah kreativitas anak negri yang dapat di jual ke luar negri.

Saya selaku anak negri merasa geram, kecewa dan menangis, mengapa pemerintah membuat slogan raksasa tersebut tidak melihat bahwa tidak ada hasil dari kreativitas  baru-baru ini selama kurun waktu 6 tahun terakhir, khususnya di Cirebon yang terkenal sebagai salah satu sentra furniture rotan terbesar di indonesia meradang. Semenjak tercetusnya Peraturan Menteri yang meperbolehkan ekspor bahan baku setengah jadi tersebut membuat mati kreativitas untuk berkarya anak negri yang mendesain bahan baku rotan menjadi furniture yang memiliki nilai jual lebih di pasar dunia.

Sampai detik ini kita tidak tahu secara pasti alasan Menteri Perdagagan Mari Elka Pangestu tetap mempertahankan SK Menperdag No. 12/M-DAG/Per/6/2005. Padahal pernah kalangan DPR, terutama Komisi VI DPR sudah meminta kepada Mari Pangestu agar SK tersebut dicabut karena terjadinya kelangkaan bahan baku rotan bagi industri mebel dan kerajinan rotan nasional.
Dan dalam rapat kerja dengan Komisi VI, Menteri Perindustrian Fahmi Idris juga meminta agar ketentuan ekspor bahan baku rotan asalan dan setengah jadi dihentikan dengan alasan yang sama. Bahkan Wakil Presiden pada waktu itu masih Jusuf Kalla telah menyanggupi dihentikannya ekspor bahan baku rotan demi kemajuan industri ini dalam jangka panjang.


Kelangkaan bahan baku rotan yang terjadi saat ini membuat industri rotan dalam kondisi sangat kritis. Para pelaku industri ini benar-benar tidak bisa memahami jalan pemikiran sang menteri yang begitu kokoh mempertahankan pendiriannya.

Pemerintah khususnya Mentri perdagangan jelas sekali hanya bisa menempelkan slogan  sebagai bukti saya bisa menulis dan membuat presiden senang. Dia tidak pernah memikirkan bahwa ada wilayah negri ini yang tersayat dan mati karna kebijakannya.


Dalam benak orang sepintar Mari elka Pangestu, mungkin yang ada hanya bagaimana caranya sumber alam negri ini habis untuk kepentingan pribadi maupun golongan nya saja, tak harus memikirkan, apalagi merasakan nasib kedepan rakyat ini harus gimana, “ Saya kan bukan asli waraga negara Indonesia, so buat apa memikirkan bukan bangsa saya, ucapnya mungkin…”

Dan akhirnya selama ia tetap menjabat dan tidak mencabut ekspor bahan baku, khususnya rotan. Slogan yang akan di baca oleh anak negri dan bangsa ini adalah...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saya

Foto saya
Saya lahir dan besar di kota Cirebon dan ingin mengaplikasikan kemampuannya pada semua bidang besar yang bermakna untuk diri sendiri dan orang lain, dimana saya bisa berasimilasi dan bersosialisasi. Sesuatu yang kita tuangkan untuk berbagi, adalah sifat dasar manuasia sebagai makhluk sosial, berbudaya dan berakal. Salam Hangat.